Minggu, 31 Juli 2011


Minggu, 31/07/2011 15:15 WIB
China Larang Berita Tragedi Kereta Cepat, Koran Terpaksa Pangkas Halaman  
Nurul Hidayati - detikNews

China Larang Berita Tragedi Kereta Cepat, Koran Terpaksa Pangkas Halaman
AFP


Hong Kong - Penguasa China melarang pemberitaan luas tentang tragedi kecelakaan kereta api cepat yang terjadi pekan lalu. Perintah itu membuat koran-koran memangkas jumlah halaman mereka hingga 12 halaman!

Koran di Hong Kong, The Sunday Morning Post, menuturkan, otoritas propaganda China mengeluarkan perintah sensor pada Jumat (29/7) malam, melarang semua liputan tentang kecelakaan itu, "kecuali berita yang positif atau informasi yang dikeluarkan otoritas yang berwenang." Demikian dilansir AFP, Minggu (31/7/2011).

Larangan itu muncul setelah media pemerintah menulis kritik langka pada pemerintah terkait kecelakaan 23 Juli. Insiden itu menewaskan 40 orang, melukai nyaris 200 orang dan membuat ekspansi jaringan kereta cepat di China dipertanyakan.

"Setelah kecelakaan serius kereta pada 23 Juli, opini publik di luar negeri dan dalam negeri menjadi semakin rumit," begitu statemen dari Departemen Publisitas Partai Komunis.

"Semua media lokal, termasuk koran, majalah dan website, harus segera mengurangi laporan-laporan tentang kecelakaan. (Anda) tidak diperkenankan menerbitkan laporan atau komentar apa pun, kecuali berita positif atau informasi yang dikeluarkan oleh otoritas yang berwenang," imbuhnya.

Larangan mendadak yang dikirimkan kepada redaksi koran dan web itu memaksa China Business Journal memangkas delapan halaman dari penerbitannya. Sedangkan 21st Century Business Herald memangkas 12 halaman dan Beijing News 9 halaman.

Koran-koran sejatinya hendak menerbitkan liputan khusus untuk mengenang 7 hari musibah itu. Sedangkan kantor berita resmi China, Xinhua, terpaksa memperingatkan para pelanggannya tidak menggunakan sebuah laporan investigasi yang telah mereka terbitkan.

Larangan pemberitaan ini adalah kedua kalinya setelah kecelakaan. Larangan pertama disampaikan otoritas propaganda sehari setelah kecelakaan, yang melarang jurnalis lokal untuk mencari informasi dari para sumber resmi. Perintah itu diabaikan, terbukti dengan munculnya komentar dari media corong Partai Komunis, Harian Rakyat, pada hari Kamis yang menulis bahwa China, "butuh pembangunan, namun tidak dengan PDB yang bersimbah darah."

Akibat dari perintah sensor hari Jumat malam, jurnalis dan editor yang marah meluapkan rasa kesal lewat Weibo, media sosial mirip Twitter. Mereka mengeluh karena dipaksa menulis berita lain untuk mengisi halaman kosong di detik-detik terakhir.

"Saya diperintah menulis sesuatu untuk mengisi halaman-halaman kosong sekitar pukul 22.00. Di tengah malam, saya tidak mampu mengendalikan diri saya sendiri dan menangis," tulis seorang reporter.

Asosiasi Jurnalis Hong Kong (HKJA) mengecam larangan itu, dengan menyatakan bahwa itu tidak segaris dengan janji PM China Wen Jiabao untuk melakukan penyelidikan "terbuka dan transparan" ketika mengunjungi lokasi kecelakaan kereta pekan lalu.

Asosiasi yang beranggotakan 500 jurnalis di Hong Kong, kawasan yang bersifat semi-otonom, yang menikmati aneka hak tidak seperti yang ada di China daratan -- mendesak media untuk tetap memberitakan kecelakaan itu "sehingga seluruh dunia mengetahui apa yang terjadi."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar